animasi bergerak gif
My Widget

Pages

Kamis, 02 November 2017

Genre Teks




Genre Teks
Oleh 
Della Agustin S
1.     NARATIF
Sangkuriang
            Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Sungging Perbangkara. Kerajaan ini terletak di Daerah Jawa Barat. Prabu Sungging Perbangkara sangat suka berburu di hutan. Suatu hari, ketika selesai berburu Prabu Sungging membuang air kecil di sebuah daun caring. Tiba – tiba air seni tersebut diminum oleh seekor babi yang bernama Wayungyang. Ternyata air seni itu mengandung sperma , sehingga Wayungyang hamil. Beberapa bulan kemudian, Wayungyang melahirkan seorang bayi yang cantik jelita. Bayi tersebut dibersihkan dengan cara dijilat , kemudian Wayungyang meletakkan bayi yang cantik jelita ini di atas batu besar di balik semak – semak. Wayungyang berharap agar bayi yang dilahirkannya bisa ditemukan oleh Prabu Sungging Perbangkara. Benar saja ketika Prabu Sungging Perbangkara lewat , dia mendengar tangisan seorang bayi dari arah semak – semak. Dengan berhati – hati Prabu Sungging Perbangkara mendekati bayi tersebut. Tanpa berpikir panjang , si Prabu langsung membawanya pulang untuk ke istana dan merawatnya di sana. Prabu Sungging Perbangkara memberinya nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
            Waktu terus berjalan , Dayang Sumbi tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Dia juga pandai menenun dan pandai memasak. Sehingga banyak sekali raja dan pangeran yang secara silih berganti mencoba melamar Dayang Sumbi. Namun , Dayang Sumbi tidak menerima lamaran dari raja ataupun pangeran. Dia tidak menginginkan adanya pertumpahan darah apabila dia memilih salah satu dari mereka.Akhirnya , Dayang Sumbi meminta izin kepada ayahnya untuk mengasingkan diri di sebuah hutan yang lebat. Di sana Dayang Sumbi dibuatkan pondok dan diberikan alat tenun kesukaannya. Setiap hari Dayang Sumbi menghabiskan waktunya untuk menenun kain. Ketika sedang asyik menenun, benang yang digunakannya untuk menenun jatuh dan menjulur keluar. Karena hari sudah malam , Dayang Sumbi tidak berani untuk mengambil benang tersebut sehingga dia berkata “ Siapa saja yang bisa mengambilkan benang itu untukku , apabila perempun akan ku jadikan saudara, dan jika dia laki – laki akan ku jadikan suami.” Sungguh tidak disangka , tiba – tiba muncullah seekor anjing dengan membawa gulungan benang. Dayang Sumbi sangat kaget , namun dia sudah terlanjur berucap sehingga dia harus mempertanggung jawabkan apa yang diucapkannya. “ Baiklah walaupun kamu seekor anjing aku tetap mau menjadi isterimu.” Tiba – tiba anjing tadi berubah menjadi manusia yang sangat tampan. Dayang Sumbi sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. “He.. hey si.. siapa kamu , darimana asalmu?” tanya Dayang Sumbi.” “ Saya adalah titisan dewa,” jawab pemuda itu. Akhirnya Dayang Sumbi dan pemuda tersebut saling jatuh cinta dan menikah. Namun mereka bersepakat untuk merahasiakan hubungan mereka.
            Sejak menikah , hari – hari Dayang Sumbi ditemani oleh suaminya. Dia memanggil suaminya dengan nama si Tumang. Setelah setahun menikah , Dayang Sumbi dikaruniani seorang anak laki – laki yang sangat tampan. Anak laki – laki ini bernama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang rajin dan pandai. Setiap hari Sangkuriang berburu rusa di hutan ditemani oleh si Tumang. Namun Sangkuriang tidak mengetahui bahwa si Tumang adalah ayahnya. Suatu hari Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu hati rusa. Sangkuriang ingin memberikan hati rusa itu untuk ibunya. Sudah hampir seharian Sangkuriang berada di hutan tetapi tak seekor hewan pun yang menampakkan diri. Ketika akan pulang ke pondoknya , tiba – tiba Sangkuriang melihat ada rusa. Sangkuriang langsung menyuruh Tumang untuk mengejar. Namun Tumang tidak sedikitpun beranjak dari tempatnya. Sangkuriang merasa sangat kesal dengan si Tumang. Ketika sedang memarahi si Tumang , Sangkuriang mengancamnya dengan  panahnya. Tanpa disadari , anak panah tersebut terlepas dari busurnya mengenai kepala si Tumang. Si Tuamang pun tewas seketika. Sangkuriang kemudian mengambil hati si Tumang untuk diberikan kepada ibunya. Setelah smapai di pondok , Sangkuriang memberikan hati tersebut kepada ibunya untuk di masak. Setelah selesai menyantap hati itu , Dayang Sumbi teringat kepada Tumang dan menanyakan keberadaan Tumang kepada Sangkuriang.  “ Dimana si Tumang , bukankah tadi dia pergi bersamamu? “ Maaf Bu , saya telah membunuhnya dan hati yang ibu makan adalah hati si Tumang.” Mendengar hal tersebut Dayang Sumbi menjadi sangat marah hingga memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi hingga berdarah. Merasa ibunya sudah tidak menyayanginya lagi , akhirnya Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara. Sejak saat itu Dayang Sumbi sering termenung dan merasa menyesal karena telah memukul dan membiarkan putranya pergi.Setiap malam Dayang Sumbi berdoa kepada Tuhan agar ia dapat bertemu kembali dengan putranya. Dia juga meminta agar diberika kecatikan yang abadi agar kelak ketika bertemu putranya dapat mengenalinya.
            Di tengah hutan belantara , Sangkuriang berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya yang sakit. Sangkuriang tidak kuat lagi menahan rasa sakit , akhirnya dia pingsan. Ketika Sangkuriang telah bangun , dia sangat terkejut karena ada laki – laki tua di sampingnya. “ Kakek siapa ? aku dimana?” tanya Sangkuriang.
“ Tenang nak , kakek adalah seorang pertapa . Nama kakek adalah ki Ageng. Kakek menemukanmu pingsan , dan sekarang kamu berada di gua tempat kakek bertapa” , jawab kakek.Kemudian Ki Ageng menanyakan tentang asal – usul Sangkuriang. Namun Sangkuriang tidak bisa mengingat apa – apa lagi. Akhirnya Ki Ageng memanggil Sangkuriang dengana nama Jaka dan merawat Jaka hingga lukanya sembuh. Ki Ageng juga mengajari Jaka tentang ilmu bela diri dan kesaktian. Setelah bertahun – tahun berguru kepada Ki Ageng , akhirnya Jaka tumbuh menjadi pemuda yang sakti mandraguna. Dengan kemampuannya dia dapat memanggil dan memerintahkan makhluk halus.
            Suatu hari , Jaka meminta izin kepada Ki Ageng untuk mencari tahu tentang masa lalunya. Setelah mendapat restu dari Ki Ageng , Jaka mulai menyusuri hutan. Jaka berjalan mengikuti kemanapun kakinya melangkah. Akhirnya Jaka menemukan sebuah gubuk di tepi hutan. Karena merasa haus, ia memutuskan untuk mampir di gubuk tersebut dan meminta air minum. Ternyata penghuni pondok tersebut adalah wanita yang sangat cantik jelita yang tidak lain adalah Daynag Sumbi. Pertama kali melihat wanita tersebut , Jaka tiba – tiba teringat kepada ibunya. Tetapi Jaka tidak yakin kalau wanita itu adalah ibunya , karena setelah lama berpisah tidak mungkin wajahnya masih secantik itu. Dayang Sumbi pun tidak mengira kalau Jaka itu adalah anaknya. Akhirnya Jaka dan Dayang Sumbi saling jatuh cinta dan bersepakat hendak menikah. Keeseokan harinya , ketika Jaka hendak pergi berburu , ia meminta calon isterinya untuk merapikan rambut dan tali kepalanya. Dayang Sumbi sangat terkejut ketika sedang merapikan rambut Jaka karena ia melihat ada bekas luka di kepala Jaka. Bekas luka itu mirip dengan bekas luka anaknya yang terkena pukulan sendok nasi.
 “ Kenapa ada bekas luka dikepalamu?” tanya Dayang Sumbi. Jaka tidak bisa mengingat penyebab bekas luka dikepalanya. Kemudian Jaka menceritakan tentang Ki Ageng yang menemukan dirinya pingsan di tengah hutan. Mendengar cerita itu , Dayang Sumbi merasa yakin bahwa laki – laki yang akan dinikahinya adalah putranya sendiri.
            Dayang Sumbi merasa sangat bingung karena ia tidak mungkin menikah dengan puteranya sendiri. Dayang Sumbi bersikeras untuk meyakinan Jaka bahwa dia adalah putranya dan dia tidak mungkin menikah dengan Jaka tetapi Jaka tetap saja tidak percaya. Jaka sudah terlanjur mencintai Dayang Sumbi dan bersikeras hendak menikahinya. Melihat sikap Jaka , akhirnya  Dayang Sumbi memikirkan berbagai macam cara agar dia bisa menggagalkan pernikahan tersebut. Akhirnya Dayang Sumbi mengajukan syarat kepada Jaka. Jika dia tetap ingin menikahi Dayang Sumbi , ia harus membuatkannya sebuah danau dan perahu dalam waktu semalam. Jika dia berhasil Dayang Sumbi mau menikah dengan Jaka , namun apabila Jaka gagal maka Jaka harus mengurngkan niatnya untuk menikahi Dayang Sumbi. Jaka pun menyetujui syarat tersebut.
            Pada malam hari Jaka segera memanggil makhluk – makhluk gaib untuk membantu membuat danau dan perahu. Pasukan gaib tersebut membantu Jaka menggali tanah dan menyusun batu dan membendung aliran di Sungai Citarum. Sementara itu Jaka menebang pohon – pohon besar untuk dijadikan perahu. Dayang Sumbi melihat pekerjaan Jaka yang hampir selesai. Dia merasa sangat takut jika Jaka berhasil membuat danau dan perahu tersebut. Akhirnya Dayang Sumbi meminta bantuan kepada masyarakat untuk menggelar kain tenunnya yang berwarna merah di sebelah Timur. Melihat cahaya merah dari arah timur , ayam jantan mulai berkokok. Mendengar bunyi ayam jantan , para makhluk gaib pun menghilang karena takut dengan cahaya.
Jaka mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh Dayang Sumbi. Jaka merasa sangat murka kemudian dia menjebol bendungan yang telah dibuatnya sehingga terjadilah banjir. Jaka juga menendang perahu yang hampir selesai dibuatnya. Perahu tersebut melayang dan jatuh menelungkup kemudian berubah menjadi gunung perahu.
2.      Rekon
Longsor
            Saya akan menceritakan kejadian yang membuat saya benar – benar merasa takut. Kejadian ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Saat itu di desa saya sedang terjadi hujan yang cukup lebat. Orang – orang di desa kami tidak ada yang berani keluar, karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
            Ketika hujan turun, aku dan keluargaku sedang duduk di sofa sambil bercerita. Tiba – tiba kami mendengar bunyi yang sangat keras. Kami segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Kami benar – benar terkejut ketika melihat tanah ditebing mulai berjalan kebawah. Rumah – rumah tertutup oleh tanah dari tebing tersebut. Pohon – pohon roboh tertimpa tanah, begitu juga dengan tiang listriknya. Ada beberapa mobil dan motor yang terkena longsoran tanah tersebut. Jalan raya yang menjadi akses utama Banjarnegara – Karangkobar pun tertutup oleh gundukan tanah.
            Beberapa menit kemudian , rumah – rumah , pohon , tiang listrik dan jalanan sudah rata tertutup oleh tanah. Orang – orang yang ada di dalam rumah tidak bisa menyelamatkan diri. Mereka ikut terkubur ketika bencana tanah longsor ini terjadi. Kami benar – benar meras lemas melihat kejadian ini. Anehnya, di sana ada sebuah rumah berwarna putih yang tidak terkena longsor padahal rumah – rumah di sebelahnya telah tertutup dengan tanah.
            Kami segera mengabarkan kepada kerabat terdekat kami dan meminta bantuan. Beberapa menit kemudian datanglah bantuan. Banyak orang – orang yang datang mulai mencari korban – korban yang telah terkubur. Pencarian cukup sulit karena rumah – rumah dan jalan sudah tertutup tanah yang tingginya melampaui tinggi tiang listrik. Jenazah korban tanah longsor yang ditemukan segera dikubur. Penguburan para jenazah didiringi dengan tangisan dan kesedihan yang mendalam. Kami merasa sangat beruntung walau jarak antara desa kami dengan desa yang terkena musibah hanya satu kilometer, tetapi kami masih diberi keselamatan. Sekarang kami masih mengungsi karena masih belum berani kembali ke rumah.

SOAL ANEKDOT


SOAL ULANGAN HARIAN KE 2
TEKS ANEKDOT
I. PILIHAN GANDA
1.      Perhatikan struktur anekdot :
1.        Koda
2.        Krisis
3.        Abstraksi
4.        Reaksi
5.        Orientasi
Urutan struktur teks anekdot yang tepat adalah ….
A.      3-5-4-2-1                       D.      3-2-4-5-1
B.       3-5-2-4-1                      E.       3-4-2-5-1
C.       3-4-5-2-1
2.      Berikut ini yang bukan ciri-ciri teks anekdot adalah….
A.    Struktur teks orientasi-krisis-reaksi                D. Berbentuk cerita
B.     Memiliki pesan moral                         E. Menggelitik
C.     Memiliki unsur lucu
3.      Berikut ini yang termasuk unsur kebahasaan kecuali ...
A.    Konjungsi menyatakan yang menyatakan hubungan waktu
B.     Kalimat retoris
C.     Kalimat tanya
D.    Kata kerja aksi
E.     Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
4.      Bacalah teks anekdot tersebut!
Kisah Pemulung
Pada siang hari di sebuah kompleks perumahaan yang kelihatan mewah terjadi perdebatan antara Pak RT dan Pak Pemulung. Masalah yang mereka debatkan adalah hal remeh yaitu di lingkungan perumahan itu, memang sudah banyak ditempel papan dengan tulisan “Pemulung Dilarang Masuk”, tetapi masih saja ada pemulung yang tidak menaati aturan tersebut.
Pak RT     : “Pak sedang cari apa di tempat sampah itu?”
Pemulung :“Ya, sudah tentu cari barang bekas atau botol plastik yang dapat didaur ulang.”
Pak RT  : “Maaf ya Pak, Bapak dapat baca tulisan yang ada di depan pintu gerbang perumahan ini, tidak?”
Pemulung :“Emang tulisannya apa, Pak?”
Pak RT  : “Di papan itu tertulis Pemulung Dilarang Masuk, lantas kenapa Bapak nekat masuk di perumahan ini?”
Pemulung : “Yah, Pak RT ini gimana sih… kalau saya bisa baca tulisan yang   di papan itu, tentu saya tidak akan jadi pemulung, Pak!”
Pak RT kemudian terdiam membisu dan berpikir bahwa jawaban pemulung itu ada benarnya juga. Pemulung tadi ternyata buta huruf, jelaslah ia tidak bisa baca papan larangan pemulung.
Dari teks anekdot di atas, makna tersiratnya adalah...
A.    Masih banyak orang miskin di sekitar kita!
B.     Pemulung dilarang masuk!
C.     Banyak pemulung yang tidak menaati peraturan.
D.    Ternyata angka buta aksara disekitar kita masih banyak.
E.     Teranyata masih banyak pemulung disekitar kita.
5.      Dari teks anekdot di atas, konjungsi yang menyatakan hubungan waktu adalah ...
A.    Kemudian                   D. Dengan
B.     Dan                             E. Di
C.     Yang  

Rabu, 01 November 2017

ILMU PERBANDINGAN BAHASA DAERAH - BAHASA BANJAR -




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahasa Banjar adalah sebuah bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Melayik yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sebagai bahasa ibu. Bahasa Banjar termasuk kelompok Bahasa Melayu Lokal Borneo Timur. Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.
Di tanah asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar yaitu Banjar Kuala dan Banjar Hulu. Sebelum dikenal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pada zaman dahulu apabila berpidato, menulis atau mengarang orang Banjar menggunakan bahasa Melayu Banjar dengan menggunakan aksara Arab. Tulisan atau huruf yang digunakan umumnya huruf atau tulisan Arab gundul dengan bahasa tulis bahasa Melayu (versi Banjar).
Pemakaian bahasa Banjar dalam percakapan dan pergaulan sehari-hari di Kalimantan Selatan dan sekitarnya lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Berbagai suku di Kalimantan Selatan dan sekitarnya berusaha menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang diucapkan dengan logat Jawa atau Madura yang masih terasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin.
Bahasa Banjar banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak. Kesamaan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij]. Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan antara Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 persen.             Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan sekitar 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1. Bahasa Banjar mempunyai hubungan dengan bahasa yang digunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula disebut Bahasa Melayu Banjar. Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing.Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup aman dari kepunahan karena masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar maupun oleh pendatang.
Kelompok kami memilih lagu “Ampar Ampar Pisang dan Sapu Tangan  Babuncu Ampat” yang merupakan lagu berasal Banjar asli ini. Alasan kelompok  kami memilih  bahasa Banjar karena bahasanya dominan Indonesia dan mudah untuk dipahami. Kami juga sudah mempunyai analisis daftar kosa kata yang sudah diterjemahkan dalam bahasa banjar hal tersebut membantu kami dalam menganalisis sistem fonologi, morfologi dan sintaksis.
1.2.Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana sejarah bahasa Banjar ?
2.      Apa saja unsur-unsur bahasa yang terdapat dalam lagu Ampar-ampar Pisang dan Sapu Tangan Babuncu Ampat ?
3.      Bagaimana sistem fonologi bahasa Banjar ?
4.      Bagaimana sistem morfologi bahasa Banjar ?
5.      Bagaimana sistem sintaksis bahasa Banjar ?
6.      Bagaimana kekerabatan bahasa Banjar dengan bahasa lainnya di nusantara ?
1.3.Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kami merumuskan tujuan sebagai berikut :
1.      Mengemukakan sejarah bahasa banjar
2.      Menganalisis lagu daerah banjar
3.      Menganalisis sistem fonologi bahasa Banjar
4.      Menganalisis sistem morfologi Banjar
5.      Menganalisis sistem sintaksis bahasa Banjar
6.      Menganalisis kekerabatan bahasa Banjar dengan bahasa laiannya di nusantara

Cerpen Mengharukkan Cinta Ayah Kepada Putrinya


Ayah
Malicha Setiani
            Pulang sekolah Gitta selalu dijemput ayahnya menggunakan becak. Saat ini Gitta dadalah seorang siswa Sekolah Dasar kelas 5. Ayahnya adalah tukang becak. Saat Gitta menunggu ayahnya di depan sekolah ada teman-temannya yang sering mengganggunya, mereka mengejek Gitta yang mengenakan sepatu yang sudah rusak dan tas yang sudah mulai robek. Teradang mereka mengejek pekerjaan ayah Gitta yang hanya seorang tukang becak.
“Sepatu butut sepatu butut . Anak tukang becak, anak tukang becak.” Ejek teman-temannya
Hampir setiap hari Gitta diejek teman-temannya.
Ayahnya sudah berada di depan sekolah untuk menjemput Gitta.
“Ayah, kenapa lama sekali sih ? Aku capek nungguin ayah.” Gerutu Gitta
“Maaf nak, tadi ada penumpang.” Jawab Pak Bambang
“Ayah, sepatu sama tas Gitta udah rusak yah. Gitta mau beli sepatu sama tas baru.”
“Iya nak, kalau ayah udah punya uang nanti ayah belikan. Sabar ya nak.”Ucap Ayahnya dengan sabar
“Selalu itu jawaban ayah. Kapan yah, Gitta malu sama teman-teman.”
            Brigitta Tiffany Natasya hanya hidup dengan ayahnya yang seorang tukang becak. Mereka hanya hidup berdua, ibunya meninggalkan Gitta dan ayahnya ketika ayahnya sedang bangkrut dan terpuruk. Ibunya lebih memilih bersama laki-laki lain dan tidak mempedulikan Gitta yang saat itu masih berumur 5 tahun. Dulu hidup mereka tak sesulit seperti sekarang. Dulu ayahnya mempunyai usaha dan hidup mereka sangat berkecukupan. Namun setelah usaha ayahnya bangkrut rumahnya dijual untuk membayar hutang di bank dan membayar gaji para karyawannya. Mereka harus pindah.
 
Copyright 2012 KISAH SEMESTER TUA. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates and Images by Wpthemescreator
Personal Blogger Templates