Genre
Teks
Oleh
Della Agustin S
1. NARATIF
Sangkuriang
Pada zaman dahulu ada sebuah
kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Sungging Perbangkara. Kerajaan ini terletak
di Daerah Jawa Barat. Prabu Sungging Perbangkara sangat suka berburu di hutan.
Suatu hari, ketika selesai berburu Prabu Sungging membuang air kecil di sebuah
daun caring. Tiba – tiba air seni tersebut diminum oleh seekor babi yang
bernama Wayungyang. Ternyata air seni itu mengandung sperma , sehingga
Wayungyang hamil. Beberapa bulan kemudian, Wayungyang melahirkan seorang bayi
yang cantik jelita. Bayi tersebut dibersihkan dengan cara dijilat , kemudian
Wayungyang meletakkan bayi yang cantik jelita ini di atas batu besar di balik
semak – semak. Wayungyang berharap agar bayi yang dilahirkannya bisa ditemukan
oleh Prabu Sungging Perbangkara. Benar saja ketika Prabu Sungging Perbangkara
lewat , dia mendengar tangisan seorang bayi dari arah semak – semak. Dengan
berhati – hati Prabu Sungging Perbangkara mendekati bayi tersebut. Tanpa
berpikir panjang , si Prabu langsung membawanya pulang untuk ke istana dan merawatnya
di sana. Prabu Sungging Perbangkara memberinya nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi
dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Waktu terus berjalan , Dayang Sumbi
tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Dia juga pandai menenun dan
pandai memasak. Sehingga banyak sekali raja dan pangeran yang secara silih
berganti mencoba melamar Dayang Sumbi. Namun , Dayang Sumbi tidak menerima
lamaran dari raja ataupun pangeran. Dia tidak menginginkan adanya pertumpahan
darah apabila dia memilih salah satu dari mereka.Akhirnya , Dayang Sumbi
meminta izin kepada ayahnya untuk mengasingkan diri di sebuah hutan yang lebat.
Di sana Dayang Sumbi dibuatkan pondok dan diberikan alat tenun kesukaannya.
Setiap hari Dayang Sumbi menghabiskan waktunya untuk menenun kain. Ketika
sedang asyik menenun, benang yang digunakannya untuk menenun jatuh dan menjulur
keluar. Karena hari sudah malam , Dayang Sumbi tidak berani untuk mengambil
benang tersebut sehingga dia berkata “ Siapa saja yang bisa mengambilkan benang
itu untukku , apabila perempun akan ku jadikan saudara, dan jika dia laki –
laki akan ku jadikan suami.” Sungguh tidak disangka , tiba – tiba muncullah
seekor anjing dengan membawa gulungan benang. Dayang Sumbi sangat kaget , namun
dia sudah terlanjur berucap sehingga dia harus mempertanggung jawabkan apa yang
diucapkannya. “ Baiklah walaupun kamu seekor anjing aku tetap mau menjadi
isterimu.” Tiba – tiba anjing tadi berubah menjadi manusia yang sangat tampan.
Dayang Sumbi sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. “He.. hey si.. siapa
kamu , darimana asalmu?” tanya Dayang Sumbi.” “ Saya adalah titisan dewa,” jawab
pemuda itu. Akhirnya Dayang Sumbi dan pemuda tersebut saling jatuh cinta dan
menikah. Namun mereka bersepakat untuk merahasiakan hubungan mereka.
Sejak menikah , hari – hari Dayang
Sumbi ditemani oleh suaminya. Dia memanggil suaminya dengan nama si Tumang.
Setelah setahun menikah , Dayang Sumbi dikaruniani seorang anak laki – laki
yang sangat tampan. Anak laki – laki ini bernama Sangkuriang. Sangkuriang
tumbuh menjadi anak yang rajin dan pandai. Setiap hari Sangkuriang berburu rusa
di hutan ditemani oleh si Tumang. Namun Sangkuriang tidak mengetahui bahwa si
Tumang adalah ayahnya. Suatu hari Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu hati
rusa. Sangkuriang ingin memberikan hati rusa itu untuk ibunya. Sudah hampir
seharian Sangkuriang berada di hutan tetapi tak seekor hewan pun yang
menampakkan diri. Ketika akan pulang ke pondoknya , tiba – tiba Sangkuriang
melihat ada rusa. Sangkuriang langsung menyuruh Tumang untuk mengejar. Namun
Tumang tidak sedikitpun beranjak dari tempatnya. Sangkuriang merasa sangat
kesal dengan si Tumang. Ketika sedang memarahi si Tumang , Sangkuriang
mengancamnya dengan panahnya. Tanpa
disadari , anak panah tersebut terlepas dari busurnya mengenai kepala si
Tumang. Si Tuamang pun tewas seketika. Sangkuriang kemudian mengambil hati si
Tumang untuk diberikan kepada ibunya. Setelah smapai di pondok , Sangkuriang
memberikan hati tersebut kepada ibunya untuk di masak. Setelah selesai
menyantap hati itu , Dayang Sumbi teringat kepada Tumang dan menanyakan
keberadaan Tumang kepada Sangkuriang. “
Dimana si Tumang , bukankah tadi dia pergi bersamamu? “ Maaf Bu , saya telah
membunuhnya dan hati yang ibu makan adalah hati si Tumang.” Mendengar hal tersebut
Dayang Sumbi menjadi sangat marah hingga memukul kepala Sangkuriang dengan
sendok nasi hingga berdarah. Merasa ibunya sudah tidak menyayanginya lagi ,
akhirnya Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara. Sejak saat itu Dayang
Sumbi sering termenung dan merasa menyesal karena telah memukul dan membiarkan
putranya pergi.Setiap malam Dayang Sumbi berdoa kepada Tuhan agar ia dapat
bertemu kembali dengan putranya. Dia juga meminta agar diberika kecatikan yang
abadi agar kelak ketika bertemu putranya dapat mengenalinya.
Di tengah hutan belantara ,
Sangkuriang berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya yang sakit.
Sangkuriang tidak kuat lagi menahan rasa sakit , akhirnya dia pingsan. Ketika
Sangkuriang telah bangun , dia sangat terkejut karena ada laki – laki tua di
sampingnya. “ Kakek siapa ? aku dimana?” tanya Sangkuriang.
“
Tenang nak , kakek adalah seorang pertapa . Nama kakek adalah ki Ageng. Kakek
menemukanmu pingsan , dan sekarang kamu berada di gua tempat kakek bertapa” ,
jawab kakek.Kemudian Ki Ageng menanyakan tentang asal – usul Sangkuriang. Namun
Sangkuriang tidak bisa mengingat apa – apa lagi. Akhirnya Ki Ageng memanggil
Sangkuriang dengana nama Jaka dan merawat Jaka hingga lukanya sembuh. Ki Ageng
juga mengajari Jaka tentang ilmu bela diri dan kesaktian. Setelah bertahun –
tahun berguru kepada Ki Ageng , akhirnya Jaka tumbuh menjadi pemuda yang sakti
mandraguna. Dengan kemampuannya dia dapat memanggil dan memerintahkan makhluk halus.
Suatu hari , Jaka meminta izin
kepada Ki Ageng untuk mencari tahu tentang masa lalunya. Setelah mendapat restu
dari Ki Ageng , Jaka mulai menyusuri hutan. Jaka berjalan mengikuti kemanapun
kakinya melangkah. Akhirnya Jaka menemukan sebuah gubuk di tepi hutan. Karena
merasa haus, ia memutuskan untuk mampir di gubuk tersebut dan meminta air
minum. Ternyata penghuni pondok tersebut adalah wanita yang sangat cantik
jelita yang tidak lain adalah Daynag Sumbi. Pertama kali melihat wanita
tersebut , Jaka tiba – tiba teringat kepada ibunya. Tetapi Jaka tidak yakin
kalau wanita itu adalah ibunya , karena setelah lama berpisah tidak mungkin
wajahnya masih secantik itu. Dayang Sumbi pun tidak mengira kalau Jaka itu
adalah anaknya. Akhirnya Jaka dan Dayang Sumbi saling jatuh cinta dan
bersepakat hendak menikah. Keeseokan harinya , ketika Jaka hendak pergi berburu
, ia meminta calon isterinya untuk merapikan rambut dan tali kepalanya. Dayang
Sumbi sangat terkejut ketika sedang merapikan rambut Jaka karena ia melihat ada
bekas luka di kepala Jaka. Bekas luka itu mirip dengan bekas luka anaknya yang
terkena pukulan sendok nasi.
“ Kenapa ada bekas luka dikepalamu?” tanya
Dayang Sumbi. Jaka tidak bisa mengingat penyebab bekas luka dikepalanya.
Kemudian Jaka menceritakan tentang Ki Ageng yang menemukan dirinya pingsan di
tengah hutan. Mendengar cerita itu , Dayang Sumbi merasa yakin bahwa laki –
laki yang akan dinikahinya adalah putranya sendiri.
Dayang Sumbi merasa sangat bingung
karena ia tidak mungkin menikah dengan puteranya sendiri. Dayang Sumbi
bersikeras untuk meyakinan Jaka bahwa dia adalah putranya dan dia tidak mungkin
menikah dengan Jaka tetapi Jaka tetap saja tidak percaya. Jaka sudah terlanjur
mencintai Dayang Sumbi dan bersikeras hendak menikahinya. Melihat sikap Jaka ,
akhirnya Dayang Sumbi memikirkan
berbagai macam cara agar dia bisa menggagalkan pernikahan tersebut. Akhirnya
Dayang Sumbi mengajukan syarat kepada Jaka. Jika dia tetap ingin menikahi
Dayang Sumbi , ia harus membuatkannya sebuah danau dan perahu dalam waktu
semalam. Jika dia berhasil Dayang Sumbi mau menikah dengan Jaka , namun apabila
Jaka gagal maka Jaka harus mengurngkan niatnya untuk menikahi Dayang Sumbi.
Jaka pun menyetujui syarat tersebut.
Pada malam hari Jaka segera
memanggil makhluk – makhluk gaib untuk membantu membuat danau dan perahu. Pasukan
gaib tersebut membantu Jaka menggali tanah dan menyusun batu dan membendung
aliran di Sungai Citarum. Sementara itu Jaka menebang pohon – pohon besar untuk
dijadikan perahu. Dayang Sumbi melihat pekerjaan Jaka yang hampir selesai. Dia
merasa sangat takut jika Jaka berhasil membuat danau dan perahu tersebut.
Akhirnya Dayang Sumbi meminta bantuan kepada masyarakat untuk menggelar kain
tenunnya yang berwarna merah di sebelah Timur. Melihat cahaya merah dari arah
timur , ayam jantan mulai berkokok. Mendengar bunyi ayam jantan , para makhluk
gaib pun menghilang karena takut dengan cahaya.
Jaka
mengetahui kecurangan yang dilakukan oleh Dayang Sumbi. Jaka merasa sangat
murka kemudian dia menjebol bendungan yang telah dibuatnya sehingga terjadilah
banjir. Jaka juga menendang perahu yang hampir selesai dibuatnya. Perahu
tersebut melayang dan jatuh menelungkup kemudian berubah menjadi gunung perahu.
2. Rekon
Longsor
Saya akan menceritakan kejadian yang
membuat saya benar – benar merasa takut. Kejadian ini terjadi beberapa bulan
yang lalu. Saat itu di desa saya sedang terjadi hujan yang cukup lebat. Orang –
orang di desa kami tidak ada yang berani keluar, karena takut terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan.
Ketika hujan turun, aku dan
keluargaku sedang duduk di sofa sambil bercerita. Tiba – tiba kami mendengar
bunyi yang sangat keras. Kami segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Kami benar – benar terkejut ketika melihat tanah ditebing mulai berjalan kebawah.
Rumah – rumah tertutup oleh tanah dari tebing tersebut. Pohon – pohon roboh
tertimpa tanah, begitu juga dengan tiang listriknya. Ada beberapa mobil dan
motor yang terkena longsoran tanah tersebut. Jalan raya yang menjadi akses
utama Banjarnegara – Karangkobar pun tertutup oleh gundukan tanah.
Beberapa menit kemudian , rumah –
rumah , pohon , tiang listrik dan jalanan sudah rata tertutup oleh tanah. Orang
– orang yang ada di dalam rumah tidak bisa menyelamatkan diri. Mereka ikut
terkubur ketika bencana tanah longsor ini terjadi. Kami benar – benar meras
lemas melihat kejadian ini. Anehnya, di sana ada sebuah rumah berwarna putih
yang tidak terkena longsor padahal rumah – rumah di sebelahnya telah tertutup
dengan tanah.
Kami segera mengabarkan kepada kerabat
terdekat kami dan meminta bantuan. Beberapa menit kemudian datanglah bantuan.
Banyak orang – orang yang datang mulai mencari korban – korban yang telah
terkubur. Pencarian cukup sulit karena rumah – rumah dan jalan sudah tertutup
tanah yang tingginya melampaui tinggi tiang listrik. Jenazah korban tanah
longsor yang ditemukan segera dikubur. Penguburan para jenazah didiringi dengan
tangisan dan kesedihan yang mendalam. Kami merasa sangat beruntung walau jarak
antara desa kami dengan desa yang terkena musibah hanya satu kilometer, tetapi
kami masih diberi keselamatan. Sekarang kami masih mengungsi karena masih belum
berani kembali ke rumah.